Surati ( 44 tahun) adalah ibu dari Anggraeni Puspaningrum ( 9 tahun) dan Baning Retno Sekarsari ( 5 tahun), 2 anak Yatim penerima manfaat program Orphan Care Project, yang tinggal di Nglinggo Timur RT 027/014 Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo, DIY. Suami ibu Surati, Tukijo, menjadi korban meninggal akibat musibah tanah longsor susulan di tahun 2006, saat bergotong-royong membuka akses jalan menuju calon lokasi wisata (Kebun Teh Nglinggo). Pasca meninggalnya suami, ibu Surati menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Desakan ekonomi keluarga, membuat ibu Surati memutar otak mencari sumber penghasilan. Pada tahun 1991, bermodal keterampilan budidaya teh yang didapatkan dari Dewan Teh Indonesia Jakarta serta lahan yang dimiliki, ibu Surati memberanikan diri beralih dari semula bertani tanaman singkong menjadi sepenuhnya berkebun teh.
Awalnya hasil perkebunan teh ibu Surati-begitu juga warga lain yang membudidakan teh- dijual secara curah kepada PT. Pagilaran seharga Rp. 1.000,- per kg daun teh. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhir tahun 2017, yang mana ibu Surati memutuskan untuk mandiri, baik berkebun sekaligus produksi teh kemas di pertengahan tahun 2018. Berbekal ilmu dan pelatihan yang dimiliki, ibu Surati menyiapkan dua buah oven pengering sederhana, pengukus sederhana, ruangan produksi sederhana, serta kemasan yang juga sederhana, untuk memproduksi teh dengan merek Samigiri (Samigaluh Girimulyo). Teh Samigiri ibu Surati dikatagorikan sebagai Artisan Teh, yakni teh kualitas premium yang diproduksi secara manual dengan alat yang sederhana.
Perlahan namun pasti, produksi Teh Samigiri juga telah melengkapi ijin produksi P-IRT serta label Halal. Hal ini menambah keyakinan ibu Surati untuk meluaskan pemasaran produksi Teh Samigiri. Sejak Maret 2019 hingga Februari 2020, Teh Samigiri menjadi salah satu produk yang dipajang di stand UKM Bandara Yogyakarta International Airport. Galeri Smesco di Jakarta serta Galeri Batik Hamzah di Kawasan Malioboro juga sudah dirambah teh siap saji produksi Ibu Surati. Saat ini kapasitas produksi teh siap saji Samigiri masih sangat terbatas, yakni hanya sekitar 20 % dari produksi teh. Selebihnya 80% produksi the dalam bentuk curah yang disetor ke House Of Tea di Jakarta dengan harga Rp. 140.000,- / kg teh yang sudah di-oven. Dari hasil penjualan bentuk curah kering ini, ibu Suharti mendapat untung Rp. 80.000,- per kg nya.
Ibu Surati mengakui belum kuatnya akses pasar serta terbatasnya kapasitas alat produksi menjadikan produksi teh siap saji masih terbatas, serta lebih fokus untuk menjual secara curah ke penampung. Hal ini karena penjualan secara curah lebih bisa dipastikan hasilnya, untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang kian meningkat. Ibu Surati sangat bersyukur, kedua putrinya menjadi penerima manfaat Orphan Care Project, yang sangat meringankan baliau dalam memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pendidikan. Setidaknya, untuk kebutuhan nutrisi anak dan pendidikan terbantu sehingga baliu bisa lebih fokus untuk mengembangkan produksi teh Samigiri. Saat ini ibu Surati sedang berusaha untuk menambah alat produksi berupa; 2 oven teh berkapasitas 50 kg serta alat Steam berupa dandang berdiameter 40 cm. Ibu Surati juga menggandeng Ibu Ngatirah-tetangga RT- untuk meningkatkan kapasitas produksi. Harapan beliau, ada dukungan dan bantuan para pihak untuk memperkuat kapasitas produksi Teh Samigiri.