Sumpah Palapa dan Pendidikan Karakter Anak

Kalau sekarang banyak anak-anak termotivasi oleh superhero dari film, zaman dulu
Nusantara punya sosok nyata yaitu Gajah Mada. Ia bukan manusia super dengan kekuatan
ajaib, tapi tekadnya sekeras baja. Ia tidak punya jubah, tapi punya sumpah, Sumpah Palapa.
Bayangin kalau semangat Gajah Mada ini bisa “ditanamkan” ke anak-anak sejak dini, bukan
dalam bentuk hafalan sejarah kaku, tapi lewat pendidikan karakter yang menyenangkan dan
bermakna. Mungkin generasi kita bakal tumbuh jadi anak-anak yang fokus, tangguh, dan
punya nilai hidup yang kuat.


Apa Itu Sumpah Palapa?
Mari kita mundur ke abad ke-14, saat kerajaan Majapahit sedang berkembang pesat. Dalam
naskah kuno Pararaton, tertulis bahwa Gajah Mada yang saat itu baru diangkat menjadi
Mahapatih, mengucapkan sumpah legendaris:
“Sira Gajah Mada patih amangkubhumi tan ayun amukti palapa. Lamun huwus
kalah nusantara, isun amukti palapa.”
Terjemahannya: “Aku Gajah Mada, Patih Amangkubhumi, tidak akan menikmati
palapa (kenikmatan duniawi) sebelum seluruh Nusantara bersatu.”
Bayangkan seorang pemuda berani bersumpah untuk menunda semua kesenangan pribadi
sampai tujuan besar tercapai. Itu bukan sekadar omong kosong. Ia membuktikannya lewat
kerja keras selama puluhan tahun.
Menurut jurnal Gajah Mada Sang Maha Patih Pemersatu Nusantara, oleh Agus Susilo &
Andriana Sofiarini, sumpah ini diucapkan sekitar tahun 1334 M, dan sejak saat itu
Majapahit mengalami masa ekspansi terbesar dalam sejarahnya.
https://media.neliti.com/media/publications/256188-gajah-mada-sang-maha-patih-pemersatu-
nus-0b0dfb91.pdf


Nilai Karakter dalam Sumpah Palapa
Sumpah Palapa bukan cuma catatan politik. Di dalamnya ada nilai-nilai karakter kuat yang
sangat relevan untuk pembentukan kepribadian anak. Setidaknya ada 5 nilai utama yang bisa
kita ambil:

  1. Disiplin dan konsistensi – Gajah Mada menahan diri selama bertahun-tahun, tidak
    menyerah meski tantangan besar menghadang.
  2. Tanggung jawab – Ia mengucapkan sumpah di depan banyak orang, lalu memegang
    ucapannya seumur hidup.
  3. Kerja keras dan ketekunan – Ia membuktikan kata-katanya dengan tindakan nyata.
  4. Rasa persatuan – Cita-citanya bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk menyatukan seluruh
    Nusantara.
  5. Mengendalikan diri – Ia rela menunda kesenangan demi tujuan jangka panjang.

Lima nilai tersebut merupakan nilai pendidikan karakter modern yang juga diajarkan di
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Relevansi untuk Pendidikan Anak Sekarang
Banyak anak hari ini tumbuh dalam budaya serba cepat, seperti makanan instan, hiburan
instan, dan kepuasaan instan. Nggak heran kalau mereka jadi lebih gampang menyerah dan
tidak kuat ketika menghadapi proses yang panjang.
Nah, dari Gajah Mada kita belajar bahwa hasil besar datang dari proses panjang yang
konsisten. Kalau nilai ini ditanamkan sejak kecil, anak-anak bisa tumbuh jadi pribadi yang:
– Dapat menikmati proses, tidak gampang bosan
– Tahan banting
– Tahu arti tanggung jawab
– Untuk mencapai sesuatu harus melalui proses
Menurut Jurnal Rinontje: Sumpah Palapa dan Pengaruhnya dalam Mempersatukan
Nusantara, semangat Gajah Mada ini sangat relevan untuk mendukung pendidikan karakter
nasional, terutama dalam konteks membangun generasi muda yang berintegritas.
https://jurnal.ipw.ac.id/index.php/rinontje/article/view/106


Menanamkan Nilai Palapa ke Anak-Anak
Lalu gimana caranya menanamkan nilai-nilai itu tanpa bikin anak bosan? Kuncinya adalah
cerita dan praktik. Bukan hafalan, tapi pengalaman.

  1. Cerita Sejarah dengan Bahasa Anak
    Dibanding meminta anak-anak menghafalkan siapa Gajah Mada, guru atau orang tua bisa
    menggunakan pendekatan story telling dengan menceritakan sumpahnya seperti kisah
    superhero lokal:
    “Dulu ada pemuda bernama Gajah Mada. Dia berjanji tidak akan makan enak dan santai
    sebelum Nusantara bersatu. Hebat, ya?”
    Dengan story telling, anak lebih mudah memahami serta mengaitkan tokoh sejarah dengan
    nilai kehidupan.
  2. Bikin “Sumpah Mini” Versi Anak
    Ajak anak membuat janji kecil yang bisa mereka pegang:
    “Aku nggak akan main game sebelum PR selesai.”
    “Aku nggak akan nonton TV sebelum baca buku 10 menit.”
    Ini bukan tentang hasil besar, tapi melatih kebiasaan baik yang konsisten dan disiplin seperti
    Gajah Mada.
  3. Menumbuhkan Karakter di Rumah dan Sekolah
    Nilai “Palapa” bisa dilatih lewat kebiasaan kecil setiap hari. Di sekolah, guru bisa membuat
    tantangan mingguan, misalnya: anak datang tepat waktu, menyelesaikan tugas, atau
    membantu teman tanpa diminta. Di rumah, orang tua bisa memberi “bintang” setiap kali anak
    menepati janji, seperti membereskan mainan, belajar tanpa disuruh, atau berhenti main gadget
    saat waktunya. Dari hal sederhana seperti ini, anak belajar bahwa menepati komitmen kecil
    adalah awal dari karakter besar.
  4. Rayakan Proses, Bukan Hanya Hasil
    Gajah Mada butuh waktu lama untuk mewujudkan sumpahnya. Anak juga perlu diajarkan
    bahwa proses belajar sama pentingnya dengan nilai ujian. Misalnya: beri apresiasi saat anak
    konsisten belajar setiap hari, bukan hanya saat dapat nilai 100.
  5. Latih Kontrol Diri Lewat Kegiatan Sehari-hari
    Latihan-latihan kecil bisa melatih self control anak secara alami, persis nilai dari “tidak akan
    menikmati palapa” yang diucapkan Gajah Mada. Misalnya:
    – Menunggu giliran saat main
    – Menunda jajan sebelum jam makan
    – Menyelesaikan tugas dulu sebelum bermain
    Belajar dari Kegagalan Gajah Mada
    Gajah Mada bukanlah tokoh yang sempurna. Dalam perjalanan hidupnya, ada Peristiwa
    Bubat tahun 1357, konflik berdarah antara Majapahit dan Sunda yang dipicu kesalahpahaman
    politik.
    Banyak ahli sejarah menyebut peristiwa ini sebagai titik jatuh pamor Gajah Mada. Dari sini
    kita bisa mengajarkan pada anak-anak bahwa:
    – Bahkan orang hebat pun bisa salah
    – Ambisi mesti diimbangi empati
    – Keberanian mesti dibersamai dengan kebijaksanaan dan kebenaran
    Nilai ini sangat penting dalam menumbuhkan karakter, anak belajar tanggung jawab dan
    kerendahan hati, bukan perfeksionisme.
    Pendidikan Karakter = Pondasi Bangsa
    Dalam dunia pendidikan modern, konsep ini sebenarnya sejalan dengan gagasan Ki Hajar
    Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Ia pernah berkata:
    “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta
    jasmani anak.”

Artinya, sekolah bukan cuma tempat anak belajar berhitung dan membaca, tapi juga tempat
menumbuhkan karakter dan watak.
Kalau semangat Gajah Mada diintegrasikan ke pendidikan karakter, kita bisa menanamkan
dan menumbuhkan nilai:
– Disiplin
– Keberanian
– Tanggung jawab
– Cinta tanah air
Bayangkan anak-anak Indonesia tumbuh dengan mental tangguh seperti Gajah Mada, bukan
sekadar pintar akademik, tapi juga punya integritas dan semangat juang. Hidup dalam setiap
fase adalah sebuah “proses menjalani” hingga akhir hayat.
Sejarah bukan sekedar deretan nama dan tanggal peristiwa. Di balik Sumpah Palapa, ada
pelajaran hidup yang relevan sampai hari ini. Dengan mengajarkan semangat Gajah Mada
lewat pendidikan karakter, kita tidak sekadar menghafalkan tokoh, tapi mewariskan mental
juang.
Mengajarkan sejarah bukan berhenti di “siapa, kapan dan bagaimana”, namun juga
menjelaskan hal yang penting dan substantif tentang “mengapa dan hikmah” dari sebuah
sejarah. (diyanah/ht)

Add Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Assalamualaikum , bisa kami bantu ?
Asalamualaikum...ada yang bisa kami bantu ?
Powered by